Thursday, January 27, 2011

Anugerah Kehidupan..



sahabat,sahabiah….
Sebelum engkau berfikir untuk mengucapkan kata-kata kasar,
ingatlah akan seseorang yang TIDAK BISA BERBICARA…Sebelum engkau mengeluh mengenai cita rasa makananmu,
ingatlah akan seseorang yang TIDAK PUNYA APAPUN untuk dimakan…

Ketika engkau mengeluh tentang orang tuamu,
ingatlah anak-anak yatim piatu yang TAK PERNAH MENGENAL
dan TIDAK MERASAKAN KASIH SAYANG orang tuanya …

Sebelum engkau mengeluh tentang suami atau istrimu,
ingatlah akan seseorang yang MENANGIS kepada Allah
untuk MEMINTA PASANGAN HIDUP

Ketika engkau lelah dan mengeluh tentang anak-anakmu,
ingatlah orang-orang tua yang HIDUP KESEPIAN sebatang kara
TANPA ADA ANAK-ANAK di sisinya…

Sebelum engkau mengeluh tentang rumahmu yang kotor,
Dan tak ada yang membersihkan atau menyapu lantai,
ingatlah akan golongan yang TINGGAL di jalanan
dan TIDUR di katoran-kotoran itu..

Sebelum mengeluh karena berjalan ke kuliah terlalu jauh,
ingatlah akan orang yang harus BERJALAN KAKI
untuk menempuh JARAK YANG SAMA

Sebelum engkau mengeluh tentang pekerjaanmu,
ingatlah akan para penganggur, orang-orang cacat,
dan mereka yang MENGINGINKAN PEKERJAANMU
serta RELA MENGGANTIKANMU

Sebelum engkau mengeluh tentang hidupmu,
ingatlah akan orang yang meninggal mendahuluimu
dalam keadaan BELUM BERTAUBAT…!

Dan ketika beban hidup tampaknya akan menjatuhkanmu,
berterima kasihlah pada Allah
karena engkau MASIH HIDUP dan ADA di dunia ini….

Hidup adalah anugerah
Syukuri
Jalani
Nikmati
Dan isilah…

"akan kusampaikan walaupun sebaris ayat"

Wednesday, January 26, 2011

Hanya 50 Minit dalam Sehari..


Assalamu'alaikum wbt...

Ibadah yang amat mulia itu merupakan benang merah antara seorang hamba dan Rabb-nya. Ibadah yang sangat agung itu bagaikan sehilir sungai jernih yang mensucikan noda-noda dosa seorang hamba yang rajin mandi di dalamnya. Ya, dialah shalat lima waktu.

Namun demikian, meskipun ibadah yang satu ini memiliki keutamaan “segudang”, namun amat menyedihkan karena di akhir zaman ini, banyak orang yang melalaikannya, termasuk sebagian penduduk tanah air kita tercinta. Seolah-olah meninggalkan shalat bagaikan suatu kebiasaan yang lumrah dan dosa yang sepele.Jika kaum muslimin sekarang ini diiming-imingi untuk melakukan perbuatan dosa, seperti: membunuh, merampas kehormatan wanita, mencuri atau meminum minuman keras, niscaya kebanyakan dari mereka akan menolak mentah-mentah untuk melakukannya, dengan alasan perbuatan tersebut adalah dosa yang sangat besar.

Sadarkah mereka bahwa dosa meninggalkan shalat lima waktu jauh lebih besar dari semua perbuatan dosa besar di atas?

Sang Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ »

Artinya: “Perjanjian antara kita (kaum muslimin) dengan mereka (kaum musyrikin) adalah shalat. Barang siapa yang meninggalkannya maka dia telah kafir”.

(HR. Imam At-Tirmidzi no. 2621 dan di-shahih-kan oleh Syaikh al-Albani).

Ini menunjukkan bahwa dosa orang yang meninggalkan shalat jauh lebih besar dari perbuatan-perbuatan dosa yang telah disebutkan di atas.

Dalam kondisi apapun seorang muslim dituntut untuk mengerjakan shalat, baik itu dalam keadaan sakit parah, perjalanan jauh, peperangan ataupun kondisi susah lainnya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Peliharalah shalat-shalatmu dan (peliharalah) shalat Ashar. Dan berdirilah karena Allah dengan khusyu’.”

(Al-Baqarah: 238).

Hanya saja, di dalam beberapa keadaan, Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan berbagai dispensasi (keringanan) kepada para hamba-Nya untuk mengerjakannya dengan tata cara yang lebih ringan, namun bukan untuk meninggalkannya secara total. Dalam keadaan sakit yang parah misalnya; kita diperkenankan untuk shalat sambil duduk, jika tidak mampu maka dengan berbaring sebelah kanan, jika tidak mampu maka dengan terlentang, dan jika tidak mampu pula maka cukup dengan isyarat tangan atau mata.

Begitu pula dalam perjalanan jauh; kita diperkenankan, bahkan disunahkan untuk meng-qashr (meringkas) shalat yang empat rakaat menjadi dua rakaat. Begitu pula, kita diperbolehkan -jika dibutuhkan- untuk men-jama’ (menggabungkan) shalat Dzhuhur dengan ‘Ashr atau Maghrib dengan ‘Isya’ di salah satu waktu dari dua waktu shalat tersebut.

Banyak sekali keringanan-keringanan yang telah Allah berikan pada kita. Pendek kata, kewajiban shalat tidak akan gugur dari diri seorang hamba, kecuali di saat dia telah dikafani dan disalati oleh kaum muslimin.

Kalau kita mau jujur, seandainya dalam satu kali shalat saja minimal kita membutuhkan sepuluh menit, lalu kita kalikan lima kali waktu shalat, hasilnya hanyalah lima puluh menit. Subhanallah! Hanya kurang dari satu jam dari dua puluh empat jam, Allah ta’ala meminta kita untuk menyisihkannya guna “dipersembahkan” untuk Yang telah memberikan kepada kita segala nikmat-Nya! Layakkah kita berlaku kikir pada-Nya?

Allah ta’ala menceritakan percakapan para penghuni neraka,

”(Dosa) apakah yang mengakibatkan kalian masuk ke dalam neraka? Mereka menjawab: Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat”.

( Al-Muddatstsir: 42-43)

Semoga kita bukan termasuk orang-orang yang mengorbankan nikmat akhirat yang abadi guna meraih “fatamorgana” keindahan dunia yang fana ini. Amin.

Mudahan bermanfaat.

Thursday, January 20, 2011

Cuba Try Cinta!



-Berbahagialah bagi mereka yang dihidupkan hatinya dengan cinta.. Namun waspadalah bagi mereka yang dibutakan hatinya dengan cinta..-
Cuba try cinta! Ha, tapi cinta yang macam mana tu agaknya? Cinta – ibarat hembusan nafas untuk sebuah kehidupan, suatu anugerah kurniaan Ilahi. Memang dusta dikatakan jika ada insan yang menolak anugerah Allah ini. Bahkan rugilah mereka yang mensia-siakan nikmat pemberian-Nya ini, kerana cinta adalah sebahagian daripada naluri insani – ingin bercinta dan dicintai. Tanpa cinta, seseorang itu tidak akan mampu untuk menjalani kehidupan dengan baik. Namun, persoalannya di sini, bagaimanakah caranya seseorang itu melayarkan bahtera cintanya? Adakah berdiri pada landasan yang hakiki? Jawapannya di tanganmu sendiri. Tepuk dada tanyalah iman.
Menurut kalam hukama’ :
“Cintakan harta itu bakhil, cintakan wanita itu alam(dunia), cintakan diri itu bijaksana, cintakan mati itu hidup dan cintakan Ilahi itu takwa(takut)”.
Sahabatku, renunglah jauh ke dalam kalbumu, muhasabahlah dirimu kembali dan tanyalah hatimu :
"Untuk apa aku bercinta dengan seseorang yang tidak halal dan tidak syar’ie bagiku? Cintanya hanya membuatkan fikiranku bercelaru dan langsung tidak ada manfaat untukku. Apa yang aku dapat? Hanya keseronokan sementara dan dosa yang kian menggunung. AstaghfiruLlah al-‘azim. Tapi, cinta-Nya! Tiada bertepi dan tidak pernah mengecewakan. Cinta-Nya sangat membahagiakan dan menenangkan hati. Lagipun, untuk apa aku bercinta dalam usiaku yang setahun jagung ini, (yang lebih pantas untukku menadah sebanyak mungkin ilmu berguna untuk mendewasakanku menjadi insan pencinta yang diredhai-Nya) jikalau itu hanya akan menempah siap tiket dingin dan lebih teruk lagi tiket penceraian apabila aku berumahtangga dengannya nanti. Adakah selamanya aku boleh berbahagia dengannya? Insan boleh berubah, sedangkan Allah tetap sifat dan zat-Nya Yang Maha Agung itu. Layakkah aku menerima cinta-Nya, jika aku berterusan membiarkan diriku hanyut dalam kancah cinta buta dan tidak syar’ie ini? Mampukah aku hidup tanpa menghirup nafas cinta-Nya?"
Sahabat, tidak malukah kamu dan tidak takutkah kamu dengan tanganmu sendiri yang digunakan untuk SMS perkara lagha itu, akan menjadi saksi perbuatanmu di akhirat nanti? Tangan itulah nanti yang akan dicampakkan ke dalam Jahanam bersama tubuhmu! Adakah kamu ingin telingamu pekak dan mengeluarkan nanah yang sangat busuk di akhirat nanti kerana telingamu itulah yang digunakan untuk mendengar perkara-perkara lagha? Dan sanggupkah matamu menjadi buta dicucuk besi rendaman Jahanam, kerana pandanganmu yang tidak terjaga?”
“Insaflah wahai sahabat, selagi pintu Nasuha masih terbuka luas untukmu. Jangan sampai ajalmu sudah sampai di kerongkong, baru kamu ingin meraung, mengenangkan dosa-dosa maksiat yang telah kamu lakukan. Masih tidak terlambat untuk berubah, tetapi kamulah sebenarnya yang melambat-lambatkan dan melengah-lengahkan waktu itu. Raihlah dan kejarlah cinta-Nya yang syumul itu biarpun terpaksa berlari untuk mendapatkannya, kerana Allah akan mendatangimu sepantas kilat sahaja. Tetapi, hakikat insani, semakin kita mengejar cintanya, semakin jauh dia lari meninggalkan kita.
Terakhir kali sahabatku, berubahlah ke arah hidup yang lebih bermakna dengan bersanadkan cinta dari-Nya. Jom try cinta ALLAH!




Hak Cipta:

Monday, January 17, 2011

KeMPeN JoM JaDi PaDeRi??

Bertemu kembali kita di laman blog penuh berinformasi ini bertujuan untuk melengkapkan diri kita dengan pelbagai disiplin ilmu dan disamping itu kita mengetahui pelbagai keajaiban ciptaan Allah Taala yang dipaparkan olehNya di seluruh dunia bertujuan untuk menunjukkan betapa tinggi kekuasaanNya ke atas kita iaitu makhluk ciptaanNya. Kali ini isu yang akan ditampilkan ke hadapan adalah isu mengenai suatu disiplin dalam ajaran kristian, Buddha dan juga hindu yang melarang pernikahan kepada sesiapa yang ingin mendekatkan diri kepada tuhan mereka. Dalam dalam terma kristianiti dikenali sebagai celibacy yang melarang sesiapa sahaja yang menjadi paderi dari berkahwin, manakala di dalam ajaran Buddha, larangan perkahwinan ini telah diutarakan oleh Siddhartha Gautama dengan keputusan beliau meninggalkan isterinya iaitu Puteri Yasodharā dan anak lelakinya Rahula kerana bertujuan untuk melengkapkan dirinya bersatu dengan tuhan. Manakala bagi agama hindu pula, larangan berkahwin ini dikenali sebagai brahmacharya seperti yang dinyatakan dalam kitab Veda iaitu bab keempat yamas.

Baru-baru ini didedahkan di dalam laman sesawang Newsweek mengenai kisah larangan paderi berkahwin yang telah menyebabkan bilangan paderi berkhidmat di seluruh eropah semakin berkurangan malah penglibatan golongan muda sebagai paderi juga semakin berkurangan. Masalah ini semakin ketara berlaku di Perancis, salah sebuah negara yang mempunyai penganut agama kristian katholik yang ramai. Perancis mempunyai 61 juta penduduk dengan 64 peratus atau 41.6 juta daripadanya menganut kristian katholik. Bagaimanapun daripada jumlah itu, hanya 2 juta sahaja pergi ke gereja setiap minggu menurut Jacques Carton, wakil persidangan paderi (Bishop Conference) di Perancis.

Pope Benedict XVI sedang menghadiri persidangan
paderi di Vatican City, bandar Kristian di eropah.

Artikel Newsweek itu menyatakan bahawa gereja-gereja di Perancis terpaksa mendapatkan para paderi dari Afrika bagi berkhidmat di gereja-gereja di Perancis. Nampaknya bukan sahaja pasukan bolasepak perancis yang dipenuhi pemain kulit hitam, kini gereja-gereja di perancis turut dipenuhi dengan paderi-pader dari negara afrika seperti Ghna, Nigeria dan Senegal.

Web Kempen Menjadi Paderi

Artikel di Newsweek juga menyebut oleh kerana rakyat perancis berkulit putih enggan menjadi paderi, maka gereja di sana memutuskan untuk membuat kempen bagi menarik minat rakyat perancis khususnya golongan muda untuk menjadi paderi. Slogan kempen tersebut adalah “Pourquoi Pas Moi?” atau “Mengapa Tidak Saya”.

Pada 20 April 2009, kempen besar-besaran dibuat di seluruh negara dengan 70 000 poskad dengan gambar paderi yang berpakaian lengkap dengan butang yang berbunyi “Jesus is my boss” diedarkan. Artikel tersebut mendakwa kempen yang dijalankan oleh pihak gereja di Perancis tersebut menemui kegagalan kerana anak muda di Perancis tidak mempunyai minat menjadi paderi.

Slogan Kempen Yang Memaparkan Gambar Anak Muda Memegang
Banner Kempen Dengan Lencana di Baju Mereka 'Jesus is My Boss'

Jesus Is My Boss ??

Menurut seorang paderi, Eric Poinsot yang terlibat dalam menguruskan kempen tersebut, antara penghalang utama anak muda dalam menjadi paderi adalah ajaran kristian katholik yang tidak membenarkan seorang paderi berkahwin. Eric Poinsot menyatakan, “tidak diragukan pembujangan (celibacy) adalah satu halangan untuk anak muda menjadi paderi.”

Bishop Eric Poinsot Yang Ditugaskan Melancarkan
Kempen
Menjadi Paderi di Perancis

Paderi itu juga menceritakan anak muda di Perancis sudah jauh dari pegangan agama kristian. Diberitakan apabila salah seorang anak muda Perancis diajak pergi ke gereja bagi mendekatkan diri dengan tuhan, jawab anak muda tersebut, “Devil is my god.” (Syaitan adalah tuhan saya).

Sebuah tulisan Rudolph W. Giulani (mantan datuk bandar New York) di dalam bukunya Leadership. Beliau menyatakan sewaktu beliau masih remaja beliau pernah bercita-cita menjadi paderi dan telah mendaftarkan diri di Monfort Fathers sebagai paderi yang akan bertugas di negara-negara miskin seperti Haiti ataupun Afrika. Bagaimanapun beliau tidak berupaya meneruskan niatnya itu kerana katanya, “keinginan saya kepada golongan wanita adalah sesuatu yang tidak boleh dipendamkan.” Dengan perkataan lain, keinginan untuk berkahwin menjadi penghalang kepada Giuliani menjadi paderi.

Buku Tulisan Rudolph W. Giulani Bertajuk Leadership Menceritakan
Kisah Hidupnya Ingin Menjadi Seorang Paderi, Tetapi Terhalang Kerana
Keinginannya Terhadap Wanita.

Fenomena yang dihadapi oleh gereja di perancis dan masalah yang dihadapi oleh Guilaini untuk menjadi paderi menunjukkan betapa sukarnya agama kristian bertarung dengan keinginan fitrah manusia. Pembujangan menjadi prasyarat utama untuk mereka yang ingin hidup sebagai paderi kini diakui sendiri oleh para paderi di perancis sebagai hambatan besar bagi menarik minat rakyat perancis atau anak muda di sana untuk hidup sebagai paderi.

Sheikh Muhammad at-Tahir Ashur (Ibn Ashur) seorang alim ulama Tunisia yang terkenal di abad ke-20 telah menghasilkan satu kitab yang amat masyhur iaitu Maqasid al-Shari’ah. Di dalam kitabnya itu, beliau menulis satu tajuk khusus mengenai fitrah. Beliau menulis bahawa islam adalah agama fitrah dan fitrah adalah satu penciptaan/kehendak semulajadi (khilqah) dan satu peraturan (nizam) yang Allah tanamkan dalam diri setiap insan.

Sebagai contoh Ibn Ashur menyatakan bahawa berjalan dengan menggunakan kedua-dua kaki adalah satu fitrah fizikal (fitrah jasadiyah) manusia manakala cuba untuk memegang sesuatu barang dengan kaki adalah bertentangan dengan fitrah.

Menurut ibnu Ashur apabila kita menyatakan islam sebagai agama fitrah bermakna islam itu sendiri adalah selaras dengan kehendak semulajadi manusia kerana islam mengandungi kepercayaan dan peraturan-peraturan yang semuanya adalah perkara-perkara yang rasional atau perkara-perkara yang selaras dengan apa yang dibayangkan dan disahkan oleh akal pemikiran.

Ibnu Ashur menulis, “jika kita periksa dengan teliti maksud umum syariat islam, kita akan mendapati ianya mengajurkan manusia untuk mengekalkan fitrah dan menghalang fitrah itu dilanggar ataupun dirosakkan. Oleh itu apa sahaja yang membawa kepada pelanggaran fitrah akan dilarang dan dielakkan dalam syariat, manakala apa sahaja yang membawa kepada pengembalian semula dan pengekalan fitrah akan dianjurkan dan diperintahkan oleh fitrah.

Vatican City, Bandar Suci Agama Kristian di Eropah.

Bagi islam perkahwinan adalah satu tuntutan fitrah kerana setiap manusia dijadikan Allah Taala dengan baik lelaki ataupun perempuan memerlukan antara satu sama lain. Atas dasar itu, islam tidak seperti kristian katolik, tidak melarang manusia berkahwin kerana larangan tersebut hakikatnya melanggar fitrah manusia. Ketakutan paderi bahawa perkahwinan mungkin menghalang manusia mendekatkan diri kepada tuhan tidak boleh diterima oleh islam kerana faedah perkahwinan adalah terlalu besar untuk umat manusia.

Di atas pelanggaran fitrah tersebut iaitu larangan paderi untuk berkahwin menyebabkan pihak Vatican sendiri terpaksa menghadapi masalah berhadapan dengan skandal seks yang melibatkan para paderinya sendiri. Namun islam sentiasa menyuruh umatnya agar sentiasa mematuhi fitrah semulajadi dan bukanlah memenuhi hawa nafsu. Harus dibezakan diantara tuntutan semulajadi dan juga desakan hawa nafsu. Allah Taala telah menciptakan manusia yang terdiri dari lelaki dan juga perempuan bertujuan untuk saling melengkapi dan tidak ada yang lebih tinggi darjatnya disisi Allah di akhirat nanti kecuali sesiapa yang mempunyai iman yang cukup sama ada dia lelaki ataupun perempuan.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Ar-Rum: 21)

Berkenaan dengan hujah yang menyatakan bahawa pernikahan akan membuatkan seorang insan itu lebih jauh dari Allah adalah tidak benar. Qurthubi berkata dalam bab Nikah ketika ia menguraikan kitab nikahnya Imam Muslim: “keterangan menunjukan tentang keutamaan menikah terdapat dalam beberapa hadits”, sedangkan hadits yang mengutamakan nikah itu ada dua pendapat. Salah satu memberikan alasannya sebagai berikut:

“Dengan menikah seseorang lelaki mendapatkan wanita yang boleh menolong agamanya dan dunianya, boleh mengurangkan beban dan mengasihi anak”.

Mua’adz bin jabal ra berkata : “Shalatnya orang yang sudah menikah itu lebih utama dibandingkan 40 rakaat dari shallatnya orang yang membujang”,

Berkatalah Abdullah bin Abbas ra :

“Menikahlah kalian, sesungguhnya sehari bersama isteri itu lebih baik dibandingkan ibadah seribu tahun”.

Rasulullah SAW bersabda kepada seorang pemuda : “ Menikahlah kamu, sesungguhnya sebaik-baik umat itu adalah yang lebih banyak wanitanya”.

Sa’idbin Abu Maryam menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja’far mengabarkan kepada kami, Humaid bin Abu Humaid At-Thawil bahwasanya ia mendengar Anas bin Malik r.a. berkata: “Ada tiga orang yang mendatangi rumah-rumah isteri Nabi saw. menanyakan ibadah Nabi saw. Maka tatkala diberitahu, mereka merasa seakan-akan tidak faham (sangat sedikit). Mereka berkata: “Di mana posisi kami dari Nabi saw., padahal beliau telah diampuni dosa-dosanya baik yang lalu mahupun yang akan datang.” Salah satu mereka berkata: “Saya akan qiyamul lail selama-lamanya.” Yang lain berkata: “Akan akan puasa selamanya.” Dan yang lain berkata: “Aku akan menghindari wanita, aku tidak akan pernah menikah.” Lalu datanglah Rasulullah saw. seraya bersabda: “Kalian yang bicara ini dan itu, demi Allah, sungguh aku yang paling takut dan yang paling takwa kepada Allah. Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku sholat, aku tidur, dan aku juga menikah. Barang siapa yang benci terhadap sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku.” (Al-Bukhari)

Maka sesungguhnya banyak hikmahnya pernikahan yang dianjurkan oleh islam. Kalian boleh merujuk kepada informasi lain yang berkaitan dengan kebaikan pernikahan ini. Terlampau banyak manfaatnya dunia dan akhirat. Semoga apa yang baik itu dapat kita jadikan sebagai teladan dan apa yang buruk itu dijadikan sempadan dan pengajaran di hari hadapan. Insyallah amiin…
Wassalam….

Sumber:
1. Ruangan Primafacie oleh Mohamed Hanipa Maidin, Koridor Pakatan Rakyat, halaman 20, Harakah edisi 24-26 disember 2010
2. http://en.wikipedia.org/wiki/Celibacy
3. http://www.newsweek.com/2010/04/06/the-trouble-with-celibacy.html
4. http://www.newsweek.com/2010/06/04/banned-by-the-pope.html
5. http://www.etpourquoipasmoi.org/index.php
6. http://haluansiswa.haluan.org.my/index.php/email-pilihan/402-nikah-wasiat-buat-para-pemuda

Saturday, January 15, 2011

Sebuah Pertemuan

Artist: UNIC

Ketika diri mencari sinar..,
Secebis cahaya menerangi laluan,
Ada kalanya langkahku tersasar,
Tersungkur di lembah kegelapan..

Bagaikan terdengar bisikan rindu..,
Mengalun kalimah menyapa keinsafan,
Kehadiranmu menyentuh kalbu,
Menyalakan obor pengharapan..

Tika ku kealpaan..,
Kau bisikkan bicara keinsafan,
Kau beri kekuatan, tika aku,
Diuji dengan dugaan...
Saat ku kehilangan keyakinan,
Kau nyalakan harapan,
Saat ku meragukan keampunan Tuhan,
Kau katakan rahmat-Nya mengatasi segala..

Menitis airmataku keharuan,
Kepada sebuah pertemuan,
Kehadiranmu mendamaikan,
Hati yang dahulu keresahan..

Cinta yang semakin kesamaran..,
Kau gilap cahaya kebahagiaan,
Tulus keikhlasan menjadi ikatan,
Dengan restu kasih-Mu, oh Tuhan..

Titisan air mata menyubur cinta..,
Dan rindu pun berbunga,
Mekar tidak pernah layu,
Damainya hati,
Yang dulu resah keliru,
Cintaku takkan pudar diuji dugaan,
Mengharum dalam harapan,
Moga kan kesampaian kepada Tuhan,
Lantaran diri hamba kerdil dan hina..

Syukur sungguh di hati ini..,
Dikurniakan teman sejati,
Menunjuk jalan dekati-Nya,
Tika diri dalam kebuntuan..

Betapa aku menghargai..,
Kejujuran yang kau beri,
Mengajarku mengenal erti,
Cinta hakiki yang abadi..

Tiada yang menjadi impian..
Selain rahmat kasih-Mu Tuhan..,

Monday, January 10, 2011

Usahlah Dipersalahkan Joran, Seandainya Ikan Tidak Memakan Umpan


‘Bangau’ dan Kehidupan

“Bodoh lar mamat tu, maen macam sial! Sebab dialah group kita kalah! Tak nak dah aku bergu dengan dia lagi esok!”

“Ini semua salah tenure lepas, kami orang baru memang tak bersalah!!”

“Ya Allah, nie je ke result yang ko dapat?! Ape, cikgu kamu makan gaji buta ke?!”,

“Bongok punya YB, dah diminta berkali-kali, tapi still tak dapat-dapat lagi!” ...

Begitulah antara sebilangan kecil daripada statement- statement ‘bangau’ yang sudah terbiasa keluar daripada mulut masyarakat kita tidak kira dalam keadaan leka ataupun terbuka mata. Sebenarnya, budaya ‘membangau’ atau dengan kata lainnya blaming culture, samada kita sedar mahupun tidak, sudah lama sebati dalam kehidupan kita sehari-hari. Tidak kiralah di peringkat mana sekalipun, apa yang menjadi pasti, menyalahkan orang lain adalah satu perkara yang paling mudah bagi menutup kekurangan dan kesilapan diri sendiri.

Di peringkat bawahan, seringkali kita menyalahkan pimpinan atas setiap perkara yang berlaku. Misalnya jika anak kita mengalami masalah dengan moral dan akhlak, maka sistem pendidikan jualah yang dipersalahkan. Jika anak kita tidak terpilih ke sekolah atau universiti tertentu, maka kita salahkan pihak management yang main kroni. Bila mana hidup kita masih di takuk yang sama, maka kita salahkan pula kerajaan yang masih lagi dengan idea-idea dan pendekatan-pendekatan yang lama. Bila mana di pejabat kita tak juga naik-naik pangkat, maka kita salahkan pula para kaki bodek dan bos yang suka pilih kasih dan.

Memang tak salah pun kalau kita nak salahkan orang, lebih-lebih lagi jikalau orang itu memang betul-betul bersalah. Tapi ada banyak perkara yang perlu difikir dan diambil kira sebelum orang lain ditakliqkan dengan kesalahan secara membabi buta dengan sewenang-wenangnya. Daripada Abu Hurairah R.A., bahawasanya Rasulullah S.A.W pernah bersabda:

“Jika ada seseorang berkata: “Orang ramai (sekarang ini) sudah rosak”, maka orang yang berkata itu sendiri yang paling rosak di antara mereka”.

(H.R. Muslim)


Seni Menyalahkan Orang Lain

Menyalahkan orang lain sebenarnya adalah sebuah seni. Apa?! Mengarut?! Betul, tak tipu.. Seni ‘bagau-ing’ ini dikenal dengan sangat baik oleh umat manusia, dan kemasannya bisa tampak begitu selamba sehingga pelakunya sendiri terkadang tidak sadar bahawa dia telah melakukannya. Ketika dihadapkan pada sebuah masalah, maka solusi termudah yang bisa ditemukan biasanya adalah menimpakan semua tanggungjawab pada orang lain. Pada sebahagian orang, kebiasaan ini sudah menjadi sebuah automatic reflex tanpa disangka-sangka.

Memang wajar jika manusia tidak ingin dipersalahkan. Tidak ada orang yang merasa nyaman mengakui kesalahan atau kekurangan dirinya. Akan tetapi, sikap inilah yang menjadi batas yang tegas antara manusia yang sukses (atau bakal sukses) dengan mereka yang sudah takdirnya menjadi buih di lautan luas.

Kekadang ada juga orang yang berpendapat bahawa mengakui kesalahan adalah suatu tindakan yang akan mencoret nama baik dan ketulusan peribadi si pelaku. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan sebaliknya. Sebagai contoh, kes skandal Bill Clinton dan Monica Lewinsky ketika suatu masa dahulu. Apa yang dilakukannya sebagai orang nombor satu di sebuah negara adikuasa yang terlanjur melakukan sebuah nista?! Clinton dengan selamba mengakui semuanya dan memohon maaf di hadapan kaca TV. Natijahnya, gelombang pemberian maaf dari rakyatnya sendiri berlaku cukup pantas sekali. Intuisiku tidak berani untuk menaksirkan apakah Clinton melakukannya dengan tulus ataupun hanya sebuah muslihat licik seorang ahli politik. Apa yang jelas, langkah pengakuan kesalahan tersebut telah pun mengubah persepsi banyak pihak terhadpnya, daripada yang jelik kepada yang lebih baik.

Dari dimensi yang berbeza, pengakuan terhadap kesalahan peribadi adalah suatu langkah yang paling realistik. Barangkali memang benar bahawa orang lain pun berbuat salah. Namun dengan memikirkan hal tersebut secara exclusive, ianya bisa menjadi hal yang sangat membuang waktu bagi kita. Kita tidak mungkin dapat mengubah orang lain sebelum mereka sendiri mengambil keputusan untuk berubah. Kita hanya bisa untuk memaksa, tetapi kita tidak akan pernah bisa untuk mendatangkan rela.

Sekiranya kita cuba memaksa orang lain untuk mengubah sikapnya demi kepentingan kita, maka bersedialah untuk lari dari rasa KECEWA jikalau ianya hanya membuahkan hasil yang TIADA. Ketahuilah bahawa setiap manusia punyai kendali atas dirinya sendiri. Kalau diri sendiri tidak mahu berubah, maka habislah segala alternatif penyelesaian masalah yang kita miliki.


Kisah Sebagai Íbrah

Terdapat satu riwayat menyatakan Luqman al-Hakim dan anaknya ke pasar, Lukman Hakim menaiki keldai manakala anaknya berjalan di belakang. Orang-orang yang memandang berkata “Sungguh tak bertimbangrasa orang tua itu. Anaknya disuruh berjalan sedangkan dia menaiki kaldai”.

Lalu Luqman al-Hakim pun berjalan, dan anaknya pula yang menaiki keldai. Berkata pula orang-orang lainnya “Kurang adab betul budak itu, adakah patut bapanya yang tua itu berjalan sedangkan dia menaiki keldai?”

Maka Luqman al-Hakim dan anaknya sama-sama menunggang keldai itu. Namun masih ada juga orang mengata “Kejam sungguh mereka berdua ini, tergamak kedua-duanya menunggang keldai yang kecil itu”.

Akhirnya kedua-duanya sama-sama berjalan dengan keldai itu. Berkata pula orang-orang di pasar “Bodoh sungguh mereka ni, ada keldai tapi tidak ditunggang”.

Walaupun kisah ini memberi pengajaran bahawasanya tiada seorang pun yang akan terlepas daripada percakapan manusia dan memuaskan semua hati daripada mereka, namun ia juga boleh diibaratkan dengan memikirkan tentang orang lain. Tidak lain dan tidak bukan, suatu attitude yang tidak akan membawa kita ke mana-mana. Sunnatullah, setiap orang akan mendapat laba dari apa yang diusahakan mereka. Maka jikalau kita hanya menyalahkan orang, orang berkenaan tidak rugi apa-apa, sebaliknya nasib kita tidak berubah selama-lamanya.

Seperti mana Luqman al-Hakim dan anaknya yang ‘mengikut’ kata-kata orang di sekitar mereka, yang penat naik turun keldai adalah mereka. Orang-orang di sekitar mereka tidak terjejas apa-apa meski untung ataupun rugi. Jadi kita tidak perlu terlalu menyalahkan orang yakni memikirkan tentang orang yang menyusahkan kita, sebaliknya kita yang perlu berusaha untuk mengubah nasib kita sendiri.


Propaganda Diri

Kadangkala apabila kita membuka TV, kebetulan pula rancangan yang disiarkan adalah sebuah program nyanyian yang lagha dan penuh dengan pemdedahan aurat, maka dengan semena-mena kita terus komentar “Inilah dia kerja kerajaan!”, “Propaganda Yahudi!”, “Kerja orang nak sesatkan umat Islam!”

Memang benar, tapi kita ada kuasa untuk mengawal semua itu. Kuasa yang paling kuat ialah dengan tidak membuka sebarang rancangan televisyen!

Namun apabila kita terlalu fokus kepada ‘apa yang orang buat pada kita’, kadangkala ia boleh menenggelamkan potensi diri kita yang sebenar, iaitu mengatasi perbuatan tersebut. Dan yang menjadi masalah akar-umbinya, kita juga yang hanyut sama.=)


Bangau Oh Bangau

“Bangau oh bangau kenapa engkau kurus?

Macamana aku tak kurus, ikan tak mahu timbul

Ikan oh ikan, mengapa kau tak mahu timbul?!

Macam mana aku nak timbul, rumput panjang sangat..”

Ingat lagi tak lagu rakyat di atas?! Rasanya, orang-orang yang ‘berpengalaman’ masih lagi mengingatinya. Namun bait-bait kata di atas hanyalah sebahagian kecil daripada rantaian penudingan jari dalam life cycle semulajadi. Penundingan jari disebabkan oleh pertanyaan mengapa kurusnya si bangau sahaja, dan berlarutan sehinggalah kepada punca masalah yang sebenar, iaitu ular yang ingin memakan katak. Akhirnya tiada sesiapa yang untung. Mungkin hanya si ular saja yang untung disebabkan ia berkuasa untuk membaham si katak atas dasar natured biological factor yang dibangga-banggakannya. Akan tetapi, disebabkan oleh semua pihak, terutamanya si bangau yang tidak bisa untuk berfikir secara lebih jauh, bila mana si ikan tidak mahu-mahu timbul, maka tiada terdetik pun secebis rasa untuk si bangau mencari ikan di lubuk atau kawasan lain, sedangkan ianya bisa untuk terbang ke mandala-mandala yang lebih subur.

Mungkin disebabkan si bangau malas nak berusaha, malas nak cari, malas nak terbang, maka jalan pintasnya ialah salahkan ikan. Ikan pula salahkan rumput. Rumput salahkan kerbau…dan seterusnya...

Persoalannya, adakah kita masih ‘membangau’?!


Lari dari Tanggungjawab

“Siapa buat anak ibu nie?” tanya seorang Ibu kepada anaknya yang sedang menangis.
“Amin terhantuk dinding, bu..” jawab si anak dalam tangisan.
“OOoooo... nakal ye dinding?! Mari Ibu babap dinding nie!” ujar si ibu sambil membuat aksi memukul dinding.

Biasa, kan?!

Mungkin ianya hanyalah suatu benda kecil sahaja bagi kita. Cara bagaimana si ibu untuk diamkan si anak, maka objek lain yang dicari untuk dimarahi. Itulah sebenarnya yang menjadi budaya kita sampai sekarang. Sejak kecil lagi si ibu akan mencari objek lain untuk dimarahi bila mana anak mula menangis. Apabila si anak sudah pun besar, maka dia pula yang mencari objek lain untuk dipersalahkan atau dipertanggungjawabkan bila mana hidupnya dilanda susah.

Secara tidak langsung, dia dapat lari dari menanggung dan menjawab. Bila mana ada benda tak kena, tunding saja jari kepada orang lain. Sungguh mudah, bukan?!

Sedangkan semasa dia kecil dulu, jikalau dia tak lari laju-laju, maka gerenti kepalanya takkan terhantuk pada dinding. Sepatutnya si ibu nasihatkan anaknya supaya berjalan dengan perlahan dan berhati-hati supaya tak terlanggar dinding lagi, bukan dengan marahkan dinding. Dinding tak bersalah apa-apa, dan tak ada perasaan pun. Cuma sikap menyalahkan benda lain saja yang ditanam dalam diri anaknya.


Siapa yang Memandu Kehidupanmu?!

Seorang lelaki berjalan seorang diri di hutan setelah terpisah dari kumpulannya setelah selesai menjalani perkhemahan di sebuah kawasan air terjun. Namun dia tidak terlalu panik kerana di tangannya ada peta dan kompas. Di dalam perjalanan, dia terlihat seorang lelaki yang sedang membawa gulungan rotan. Fikirnya itu mesti orang tempatan yang tahu akan jalan. Dia menegur dari jauh “Nak ke mana Bang?”. “Keluar ke jalan, peraih sedang menunggu!” jawab orang itu.

Di satu persimpangan, mengikut kompas dan petanya, jalan keluar adalah ke kiri, namun pencari rotan di hadapannya menghala ke kanan. Lelaki ini berfikir mesti orang ini tahu jalan pintas, lantas tanpa banyak soal dia terus mengikuti pencari rotan itu. Sehinggalah hari hampir petang namun mereka belum masih sampai-sampai lagi.

“Kenapa kau ikut aku?” soal si pencari rotan setelah menyedari lelaki itu asyik mengekorinya.
“Saya nak keluar ke jalan, saya ingat abang tahu jalan pintas” jawab lelaki itu.
“Aku sesatlah..” jawab si pencari rotan.

Bila kita tiada pendirian sendiri dan cuma mengikut orang sahaja, akhirnya merugikan diri kita juga. Lebih-lebih lagi jikalau kita tiada pengetahun langsung. Dalam dunia ini, semua orang ada masalah masing-masing, dan hampir tak ada seorang yang sanggup nak tumpang masalah kita, melainkan dia memang kerja dalam bidang kebajikan atau sukarelawan.


Takkan Mengubah Nasib Kita

“Aku dengar kilang air YES tu ada lori babi masuk!”

“Ayam Kepochi ni tak sembelih!”

“Makanan dalam tin ni ada lemak babi!”

“Roti ni ada gelatin!”

Namun kita masih juga menggunakan barang-barang di atas, disebabkan tiada alternative lain, atau tiada alternatif terdekat. Jikalau tiada seorang pun antara kita yang mengusahakan sesuatu, sampai bila-bila pun dialog-dialog itu akan terus kedengaran. Atau mungkin saja ia cuma propaganda untuk menjatuhkan jemana berkenaan. Akan tetapi jikalau itu adalah masalahnya, dan kita terus-terusan ‘ditipu’ oleh benda yang kita tak pasti, maka jadilah kita sampai bila-bila pun macam itu saja. Hanya menjadi komentator, pemberi komen, peng-iya, dan hanya itu sajalah.

Jadi haruslah kita memandu hidup kita ke arah yang lebih baik, menganjak paradigma dan cara berfikir, bukan semata-mata mengikut keadaan semasa, akhirnya menjadi mangsa keadaan.

Suka intuisiku ingin bawakan quotation daripada seorang guru buat tatapan yang memungkinkan ianya tetap terpahat sehingga ke akhir hayat. Nasihat ini telah membantu diriku merungkai simpulan yang terikat, agar waktu-waktu yang dilalui lebih bermanfaat. Nasihatnya singkat dan padat, namun tetap boleh dijadikan ‘talian hayat’:

"Jika kamu menghadapi masalah, merasa sedih, khuatir, marah, kecewa, atau kesal, maka cubalah berbincang-bincang dengan dirimu sendiri. Pertanyakanlah segala hal, dan bersikap jujurlah pada diri sendiri. Sebenarnya, masalah terbesar dalam hidup manusia bukanlah musuh yang kejam, melainkan ego pribadi. Kerana ego, kita terbiasa menyalahkan orang lain dan larut dalam ratapan. Padahal, yang dibutuhkan adalah solusi, bukan melankoli."

Sunday, January 02, 2011

Jangan Ada Benci

Penyanyi: Casey

Lagu: Fauzi Marzuki

Lirik: Habsah Hassan

Andainya ada di antara kita nanti..,
Berubah hala serta janji,
Jangan ada benci ,
Suka dan duka dilalui,
Jadikan kenangan di sudut hati..

Andainya cita-cita tidak kesampaian..,
Ikatan murni terputus di pertengahan,
Jangan dikesalkan,
Jangan lantaran kegagalan,
Kita saling berdendam saling bermusuhan..

Ungkit-mengungkiti..,
Sakit-menyakiti,
Memusnahkan diri..

Kita harus tabah dan bersedia..,
Cekal hadapi kemungkinan yang tiba,
Kadangkala yang berlaku,
Di luar kemahuan kau dan aku...

Di sudut hati...