Sunday, September 11, 2011

Syiriknya Cinta (Bahagian II)

Cinta Dunia


Saat ini umat Islam mengalami penyakit yang paling parah sepanjang sejarah. Penyakit yang diakibatkan kelalaian mereka sendiri terhadap ajaran Al-Qur’an dan Sunnah serta pengaruh dari musuh-musuh Islam. Inilah penyakit wahan yang didefinisikan Rasulullah SAW sebagai hubbud dunya wa karahiyatul maut, cinta dunia dan takut mati”.

Faham materialisme yang saat ini membahana di dunia, juga mempengaruhi ummat Islam sehingga tersebar luaslah fenomena kemurtadan yang merambah luas. Banyak kaum muslimin yang merasa puas dengan kehidupan duniawi ini. Mereka lalai dari peringatan Allah SWT:

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tentram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya adalah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.”

(Yunus : 7-8)

Konsepsi Islam Tentang Cinta


Manusia hendaknya menjadikan Allah saja sebagai kecintaan yang utama. Setelah itu, boleh mencintai selain Allah asal dengan landasan mencintai Allah. BILA MANUSIA DIDOMINASI OLEH CINTA SELAIN ALLAH, MAKA IA AKAN MENJADI HAMBA SELAIN ALLAH. Dengan demikian ia terjerumus dalam syirkul mahabbah atau syirik cinta.
Untuk itu, seorang muslim harus memiliki prioritas cinta. Yaitu memahami mana yang harus didahulukan dan mana yang ditangguhkan dalam bercinta. Keutamaan itu adalah:

Pertama, Cinta kepada Allah.


Ini merupakan cinta di atas segala kecintaan (faoqa kulli hubbin). Menjadi dasar dari kecintaan lainnya. Orang beriman mencintai Allah dengan teramat sangat.

“Dan orang-orang yang beriman teramat sangat cintanya kepada Allah.”

(Al-Baqarah: 165)

Cinta ini melahirkan penghambaan kepada Allah. Segala bentuk ketaatan, kesetiaan, kepatuhan dan ketundukan ditujukan untuk Allah saja. Maka hukum peraturan dan undang-undang-Nya wajib dilaksanakan.

Kedua, Cinta kepada Rasul.


Iaitu mencintai Rasul Allah, Muhammad SAW dan ajaran bimbingan hidup yang dibawanya. Cinta kepada Rasul termasuk cinta pada Islam. Untuk itu muslim wajib memperjuangkan Dienullah (agama Allah) dan siap berkorban demi tegaknya Islam. Rasulullah bersabda:

“Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga aku lebih dicintainya dari anak, bapa, dan manusia seluruhnya.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Ketiga, Cinta kepada Jihad.


Iaitu mencintai segala hal yang membawa pada ketinggian Islam. Khususnya orang-orang beriman yaitu mereka yang mengamalkan dan memperjuangkan Dinnul Allah. Rasulullah menjelaskan:

“Tidak beriman salah seorang kamu sebelum mencintai saudaranya sama dengan mencintai dirinya sendiri.”

(HR. Muslim)

Mereka adalah saudara seiman dan se-Islam. Orang-orang beriman ini terdiri dari keluarga seperti isteri, anak, dan sanak saudara. Dan bukan keluarga. Semua terikat dalam jalinan ukhuwwah Islamiyyah yang dilandasi dengan aqidah dan keimanan kepada Allah.

Keempat, Mencintai yang Lain Kerana Allah.


Setelah mencintai tiga hal di atas, muslim pun boleh mencintai yang lain karena Allah. Mencintai segala yang membawa kemaslahatan pada agama Allah dan kaum muslimin. Rasulullah S.A.W. menjelaskan:

“Ada tiga hal, bila kesemuanya ada pada seseorang, dia akan merasakan lazatnya iman; pertama, bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari yang selain keduanya. Kedua, dia mencintai seseorang hanya karena cintanya kepada Allah. Ketiga, dia sangat takut kembali pada kekufuran seperti takutnya dimasukkan ke dalam neraka, maka ia menjauhinya.”

(HR. Bukhari Muslim)

Mencintai pekerjaan, mencintai rumah tempat tinggal, dan sebagainya tidak dilarang. HANYA TIDAK BOLEH MELAMPAUI KECINTAAN TERHADAP ALLAH, RASUL, DAN JIHAD DI JALAN-NYA. JUGA TIDAK BOLEH MELALAIKAN DARI PENINGKATAN IMAN DAN TAKWA KEPADA ALLAH. Kegiatan apapun yang membawa pada peningkatan iman boleh dilakukan. Keutamaan tetap mengikuti urutan di atas. Ertinya, kepentingan Islam dan perjuangan harus selalu didahulukan baru kepentingan lainnya. Allah S.W.T. memperingatkan:

“Katakanlah (Hai Muhammad): “Jika bapa-bapa, anak-anak, isteri-isteri, harta kekayaan yang kamu sukai, harta perniagaan yang kamu bimbangkan kerugiannya, tempat-tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari Allah, Rasul, dan Jihad di jalan-Nya maka tunggulah sampai Allah mendatangkan hukuman-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasiq.”

(At-Taubah: 24)

Bila konsepsi yang mulia ini dilaksanakan oleh kaum muslimin, maka mereka akan terhindar dari wabak syirik cinta yang sangat berbahaya itu. Aqidah Islam yang benar mampu membasmi syirik sampai ke akar-akarnya. KONSEPSI TAUHID TENTANG CINTA ADALAH KONSEPSI YANG BISA MENYELESAIKAN PROBLEMATIKA YANG DIHADAPI MANUSIA SAAT INI. Al-Allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :

“Ada empat macam bentuk mahabbah (cinta) yang harus dibezakan antara satu sama lain, kerana orang yang tidak dapat membezakannya pasti tersesat, ke empat macam mahabbah itu adalah : Pertama : Mahabatullah (mencintai Allah). Mahabatullah saja tidak mencukupi untuk dapat selamat dari azab Allah dan beruntung meraih pahalaNya, Sebab kaum musyrikin, para penyembah salib (kaum nashrani) kaum Yahudi dan selainnya mereka pun mencintai Allah juga. Kedua : Mahabbatu ma yuhibbullah (mencintai apa saja yang dicintai oleh Allah) Mahabbah inilah yang memasukkan seseorang kedalam islam serta mengeluarkannya dari kekufuran. Manusia yang paling dicintai oleh Allah ta’ala adalah orang orang yang paling hebat dalam ber- “mahabbatu ma yuhibbullahKetiga : Al-Hubb Lillah wa Al-hubb Fillah ( cinta demi Allah dan cinta karena Allah) Ini merupakan bagian dari konsekwensi “mahabbatu ma yuhibbullah”. “mahabbatu ma yuhibbullah” itu takkan tegak kecuali harus dengan Al-Hubb Lillah wa Al-hubb Fillah ini. Keempat : Al-Mahabbah Ma’allah (mencintai seseuatu dan mensejajarkannya dengan kecintaan kepada Allah ) Ini merupakan “al-mahbbah as-syirkiyah” (kecintaan bercabang, kecintaan yang bersifat syirik) barangsiapa yang ber- “mahabbah ma’alllah” terhadap sesuatau, maka ia bererti telah menjadikan segala sesuatu yang ia cintai selain Allah itu sebagai tandingan terhadap Allah. Ini adalah mahabbahnya kaum musyrikin.”



No comments: