Tidak salah untuk kita menyuarakan pendapat tentang kemasukan 1.5 juta warga Bangladesh ke dalam negara kita.
Tetapi jangan la kita memanggil mereka dengan nama seperti bangsa "perogol, "perompak""sampah". Perbuatan sedemikian adalah sangat tidak bermoral dan tidak melambangkan nilai seorang rakyat Malaysia.
When we are abroad, we dislike being stereotyped, kita saban hari berkongsi video mengenai islamophobia di negara barat. Tetapi amat memalukan, perbuatan tersebut dilakukan di tanah air kita sendiri.
Where is our manners? Di manakah budi bahasa kita?
Tidak salah kita mempersoalkan tindakan kerajaan. Tapi jangan la kita menjadi seorang yang rasis dan xenophobic seperti Donald Trump.
Malaysians, you are better than this.
My debate partner who is incidentally my roommate is a Bangladeshi. He is an Asian Debate Champion and World Class Debater.
Muhammad Yunus, a Bangladeshi social entrepreneur, banker, economist and civil society leader who was awarded the Nobel Peace Prize for founding the Grameen Bank and pioneering the concepts of microcredit and microfinance.
Both are exceptional people from the country that many of you decided to call "bangsa perogol".
Before we start judging a person based on their race or nationality, ask yourself, do you like being stereotyped?
Adakah anda suka dikutuk, dilabel dan dikeji ketika anda berada di negara asing untuk mendapat rezeki yang halal.
Sudah tentu tidak.
I personally disagree with the influx of foreign workers, but never will I label them as "bangsa perompak". Mereka adalah manusia sama seperti saya.
Tidak kira warna kulit ataupun bangsa, marilah kita belajar menghormati sesama manusia.
Disclaimer: Artikel ini adalah hasil nukilan sahabat 'Intuisiku'..
No comments:
Post a Comment