C.I.N.T.A.
C.I.N.T.A. merupakan
kata yang paling popular di dunia saat ini. Semua orang pasti pernah
mendengarnya dan setiap manusia pasti punya persepsi masing-masing terhadapnya.
Ada yang mengagung-agungkan kata sedemikian rupa. Di dalam berbagai kesempatan
dibahas dan diucapkan dengan penuh ghairah. Bahkan ada yang memberi simbol yang
khas, berbentuk hati dengan warna yang khas pula, merah jambu (baca pink).
Maka kita sering mendengar kata-kata cinta diulang di dalam buku-buku,
novel, cerpen, dikumandangkan melalui lagu-lagu, diucapkan dalam filem-filem,
dijadikan bualan para remaja, dan lain-lain. Pendeknya, MASYARAKAT
DIDOMINASI OLEH KATA CINTA INI.
Para ahli falsafah mencuba menafsirkan makna atau pengertian balik
kata “cinta”. Para penyair menuliskannya dalam puisi sebagai keindahan,
sebahagian manusia lain merasa mabuk cinta sehingga bertingkah laku di luar
batas kewarasan. Cinta seperti ini akarnya adalah hawa nafsu yang menyesatkan.
Firman Sang Maha Pencipta:
“Dengan Yang
demikian, Bagaimana fikiranmu (Wahai Muhammad) terhadap orang Yang menjadikan
hawa nafsunya: Tuhan Yang dipatuhinya, dan ia pula disesatkan oleh Allah kerana
diketahuiNya (bahawa ia tetap kufur ingkar), dan dimeteraikan pula atas
pendengarannya dan hatinya, serta diadakan lapisan penutup atas penglihatannya?
maka siapakah lagi Yang dapat memberi hidayah petunjuk kepadanya sesudah Allah
(menjadikan Dia berkeadaan demikian)? oleh itu, mengapa kamu (Wahai orang-orang
Yang ingkar) tidak ingat dan insaf?”
(Surah
al-Jatsiyah: 23)
Memang, Allah SWT menjelaskan bahawa cinta pada mulanya merupakan
suatu pembawaan pada diri manusia sebagaimana firman-Nya yang berbunyi:
“Dihiaskan
pada manusia kecintaan pada segala hal yang dia inginkan; daripada
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kenderaan
yang ditambat, binatang-binatang ternakan, sawah ladang.”
(Ali Imran :
14)
Maksudnya, Allah telah menjadikan syahwat (keinginan) pada manusia
untuk menguasai perhiasan hidup dunia. Maka PADA MANUSIA ADA NAFSU SEKSUAL,
NAFSU INGIN KAYA DAN BANYAK HARTA, NAFSU INGIN BERKUASA, INGIN POPULAR, INGIN
MEMILIKI JAMINAN HIDUP, MASA DEPAN YANG GEMILANG, dan sebagainya.
Tetapi kemudian banyak yang menyimpang dalam mencintai wanita,
keturunan, harta dan jaminan hidup ini. Mereka mencintai dunia tanpa aturan dan
lupa pada Pencipta semua itu, yaitu Allah SWT. Mereka lalai mencintai Pencipta
segala kesenangan duniawi itu. AKIBATNYA MEREKA MENDAPAT LAKNAT ALLAH,
MALAIKAT, LANGIT DAN BUMI, SERTA SEMUA YANG DAPAT MELAKNATI.
Cinta Itu Syirik?!
Cinta dunia berdasarkan syahwat ini seringkali mendominasi manusia
sehingga membuatnya lupa pada cinta sejati. Ada manusia yang mencintai wanita
(kekasih) sama dengan mencintai Allah, ada yang mencintai tanah air dan bangsa
sama dengan mencintai Allah. Sikap cinta seperti itu berarti mengadakan
tandingan selain Allah. Dan hal ini merupakan kesyrikan yang dilaknat Allah:
“Dan di
antara manusia ada yang mengambil andad (tandingan-tandingan) selain Allah
(untuk dicintai). Mereka mencintai tandingan-tandingan itu sama dengan
mencintai Allah.”
(Al-Baqarah:
165)
Yaitu MEREKA MENCINTAI SESUATU YANG DISUKAINYA SAMA DENGAN
MENCINTAI ALLAH ATAU BAHKAN LEBIH DARI MENCINTAI ALLAH. Terhadap kekasihnya
ia rela berkorban meski pun dengan memberikan nyawa. Ia akan bunuh diri bila
putus cinta. Ada lagi yang mati-matian membela bangsanya, pada masa yang sama
mengabaikan hukum-hakam dan undang-undang syariat Allah.
Cintanya kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul hanya sekadar
menjadikan al-Quran dan kitab Hadith Nabi sebagai hiasan dan tangkal ataupun
bacaan pembukaan majlis semata-mata. Na’uzubillahi min zaalik..
Kerosakan Masyarakat
Di tengah masyarakat yang terkena wabah syirik cinta segala
kesenangan duniawi menjadi prioritas hidup. Si kaya mengeksploitasi si miskin
untuk mendapat kesenangan hidup. Si kuat mendominasi yang lemah guna
mempertahankan kekuasaan. Halal dan haram sudah tidak dipedulikan. MANA
YANG BENAR DAN MANA YANG SALAH MENJADI KABUR.
PERBUATAN JELEK SERING DIANGGAP
SUATU KEBAKTIAN, SEDANG PERBUATAN BAIK DIANGGAP PENGKHIANATAN. Para
pedagang menjadi manusia yang curang dan rakus terhadap harta. Para pegawai
menjadi corruptor dan pengkhianat. Pelayanan masyarakat penuh dengan
sogok-menyogok. Wang riba’ dikatakan halal. Perbuatan zina dan maksiat
dijadikan profession.
Untuk mendapatkan penghasilan (wang), orang mahu melaksanakan apa
saja sepanjang tidak bertentangan dengan hukum. Kerana hukumnya bukan hukum
Allah maka pelanggaran susila, judi, dan sebagainya masih menyebar dan
diperbolehkan. Paling banter hanya dilokalisasikan. Akhbar-akhbar, majalah,
televisyen, filem-filem, panggung-panggung hiburan, tontonan,
penerangan-penerangan, semuanya mengarahkan pada seks, cinta dunia (wang) dan
mengikuti hawa nafsu yang rendah.
TIDAK MENGHAIRANKAN, SAAT INI
MANUSIA SALING MEM’PERBUDAK’ ANTARA SATU SAMA LAIN. Atau menjadi
budak wang, perempuan, jabatan, populariti, atau benda-benda yang dijadikan
dambaannya. Keadaan ini sungguh memprihatinkan. Kita seperti berada di pinggir
jurang neraka! Kerana laknat Allah pasti akan menimpa masyarakat yang seperti
itu. Rasulullah SAW mengingatkan dengan sabdanya:
“Celakalah
hamba dunia, hamba dirham, celakalah hamba pakaian (mode) yaitu bila ia diberi
ia merasa senang, tapi jika tidak ia murka.”
(H.R.
Bukhari)
besambung....
No comments:
Post a Comment